Di sebuah tempat yang
romantis dan indah…
Salah satu Negara di
Eropa
Dimana Menara Eifel
berdiri…
Negara
Paris adalah Negara yang sangat indah apalagi dengan Menara Eiffelnya yang
semakin memperindah Negara Eropa ini. Disinilah aku dibesarkan aku ini adalah
keturunan Paris – Indonesia.. Ibuku bernegara Paris sedangkan ayahku bernegara
Indonesia.. Aku memutuskan untuk tinggal
bersama ibuku di Paris, walaupun ayah dan ibu belum pisah tapi aku tak bisa
begitu saja meninggalkan Paris tempat aku dibesarkan. Ayahku ditugaskan untuk
ke Indonesia, ada perusahaan kakek yang harus ayah tangani. Apalagi Paman
Edfard yang tinggal di AS tak bisa begitu saja meninggalkan Amerika karena dia
sedang menanggung beban yang sangat berat.
Di
Negara Paris inilah aku menjalani masa lalu yang indah namun kelam. Indah
karena banyak kesenangan daripada kesedihan namun kelam karena banyak masalah
yang timbul setelah kesenangan itu, apalagi tentang masalah hati yang tak bisa
dielakkan.
Sejenak
aku merenungkan diri di balkon kamarku
yang menghadap langsung ke Menara Eifel. Menara itu adalah saksi cintaku kepada
Jesse. Laki – laki primadona disekolahku.
Saat
itu aku adalah murid baru karena sebelumnya aku Home Schooling. Aku masih
bingung dengan keadaan sekolah di Paris walaupun aku sudah tinggal 15 tahun di
Paris. Ya sekarang umurku sudah 17 tahun. 1 tahun aku berpacaran dengan Jesse
namun baru kali ini masalah hatiku itu datang. Dan sudah 1 tahun aku tidak
bertemu dengan Jesse. Aku berusaha menghubunginya namun itu hanyalah sia – sia.
Mungkin Jesse sudah berganti nomor atau mungkin sudah pindah ke Negara lain.
Mungkin juga dia sekarang sedang bersama Exa (read : baca selanjutnya di
cerita). Saat itulah muncul masalah hatiku. Masalah hati yang tak pernah ku
rasakan sebelumnya. Perasaan sedih, kecewa, menyesal, galau, dan kehilangan
semangat untuk hidup. Namun apa boleh buat dalam hidup penyesalan selalu di
akhir.
Pada
saat itu…
Tak
sengaja aku ditabrak oleh laki – laki tinggi, putih dan tampan. Yang kukenal
laki – laki itu adalah Jesse.
“Maaf.
Aku tak melihatmu, sekali lagi maafkan aku!” ucap Jesse. Aku masih terdiam
merapikan buku dan merapikan bajuku yang agak berantakan setelah ditabrak oleh
Jesse.
‘Ternyata
dia sangat sopan hanya saja dia terlalu ceroboh dalam bertingkah. Yang benar
saja jalan selebar ini dia masih saja menabrak seseorang’ begitulah kata yang
aku batin. Memangdi sekolah ini jalanan umumnya selebar 2 meter bukankah jalan
yang lebar? Namun mengapa ada siswa yang
ceroboh sampai menabrak siswa yang lain.
“Hey,
maafkan aku. Mau kah kau memaafkanku?” Tanya sekali lagi Jesse. Membuyarkan
lamunanku
“Ya
oke oke. Aku maafkan! Hay kau orang yang aneh” kataku padanya
“Aneh?
Aneh kenapa?” tanyanya
“Bukankah
ini jalan yang lebar? Lebar sekali malah!” ucapku dengan berjalan ke tempat
tujuanku kantor guru. Sepertinya dia tak menjawabnya.
*
Cukup
lama aku berjalan mancari kantor guru akhirnya aku sampai di tempat itu. Dan
kahirnya aku temukan juga.
“Bisa
saya bantu?” Tanya salah satu guru yang sangat ramah dan kukenal dia adalah
guru yang mengurusi tentang data – data siswa keluar sekolah dan masuk sekolah
(read : murid baru).
“Tentu.
Saya adalah Andrea Diana Licia. Murid baru disini!”ucapku dengan santai namun
tak terlalu santai
“Oh,
Andrea. Anda kami tempatkan di kelas 12 MagicalIPA” jawab guru itu
“12
MagicalIPA? Apa itu?” aku bingung dengan nama aneh kelas itu
“Baik
di sekolah ini masing – masing tingkat terdapat 4 kelas pertama Magical, kedua
Leonard, ketiga Morten, dan keempat Silica” jawab guru itu. Memang nama kelas
yang aneh.
“Kenapa
dinamakan semua itu?” tanyaku lagi
“Baik.
Semua nama itu adalah nama guru yang popular di sekolah ini dan guru terbaik
yang dimiliki sekolah ini!” ucap guru tersebut panjang lebar.
“Ting…tong..ting….tong”
bunyi bel berbunyi
“Maaf
bu saya harus segera mencari kelas itu! Dan terimakasih atas informasinya!”
ucapku dengan tersenyum manis pada Miss Fatma, guru pengurus data murid itu.
“Kelasmu
berada di depan air mancur!” teriak Miss Fatma padaku aku mendengar teriakan
itu. Aku tersenyum mendengarnya dan mempercepat langkahku.
*
Akhirnya
aku berdiri tepat di depan air mancur sekolah yang sangat indah. Ku lihat
disekelilingnya dan melihat ujung dari air pancur itu dan kulihat ujungnya
menghadap kearah selatan jadi aku hanya perlu berbalik dan itulah kelasku.
“Permisi,
Miss. Maaf saya terlambat!” ucapku kepada Miss Hellen. Dia adalah guru IPAku
dan sepertinya dia tahu kalau aku adalah murid baru, karena sempat ku bertemu
dengannya untuk menanyakan dimana meja Miss Fatma, guru pengurus data murid.
“Oh!
Tak apa karena kau murid baru! Kemarilah dan perkenalkan dirimu!” ucapnya
padaku. Aku berjalan perlahan – lahan sesekali melirik kesana dan kemari ku
lihat ekspresi mereka ada yang senang dan ada yang tidak suka. Terutama tatapan
devil Exa, Milli, dan Aysya. Kulihat matanya dan aku mampu membacanya, dia
seperti melihat lalat yang berkeliaran dan harus dihabisi secepatnya. Namun aku
tak tahu mengapa dia menatapku dengan maksud seperti itu. Aku baru tahu setelah
Jesse menjelaskannya saat umur pacaranku dengannya menginjak Annive11years.
“Hai.
Namaku Andrea Diana Licia. Kalian bisa menyebutku Dian, atau Lica!” kataku
dengan melihat teman – teman kelas dan wajah yang taka sing tersenyum saat
kutatap wajahnya. Dia adalah Jesse.
“Baik.
Lica kau duduk dengan….dengan Seyla” ucap guru itu. Kusegera mendatangi Seyla.
Dia adalah gadis yang cantik, dengan bibir seksi, mata seksi dan rambut panjang
tergerai. Rupanya di belakangku adalah laki – laki menyebalkan itu Jesse.
“Sekarang
kita menuju pelajaran perhatikan dengan baik karena ini sangat penting. Jika
kalian tidak bisa dan tidak jelas bisa Miss ulangi lagi untuk kalian. Jangan
takut untuk itu!” Miss Hellen, sudah kuduga sekolah diparis memang mempunyai
cirri khas terutama Global Science School, itulah nama sekolahku. Kebanyakan
disini adalah calon doctor dan professor. Miss Rika sudah mengatakan itu padaku
karena dia adalah guru Home Schoolingku sekaligus guru di Global Islamic School
yang akan mengajarkan padaku tentang IPA FIS sedangkan Miss Hellen IPA BIG. IPA
BIG yang pelajaran aku suka.
*
Bel
istirahat berbunyi. Miss Hellen segera meninggalkan kelas.
“ssstt…ssttt”
terdengar suara yang aku kenal namun juga aku ragu untuk berpaling, kalau saja
dia bukan memanggilku aku akan sangat malu.
“sssttt…stttt
Lica kau sombong sekali” ucap laki – laki. Aku menoleh Karena terkejut, rupanya
dia memanggilku
“Maaf,
aku tak tahu jika kau memanggilku, lagi pula kan aku punya nama Lica atau
Dian..” ucapku tak kalah sewot dengan Jesse. Ya laki – laki yang memanggilku
adalah Jesse.
“Mau
ke taman? Aku tak punya teman!” ucapnya. Entah mengapa hatiku berdegub sangat
kencang. Apakah ini CINTA! Aku takut jika itu CINTA akan menimbulkan dampak
yang berbahaya bagiku dan ternyata itu benar CINTA masalah bagiku.
“Tunggu
bagaimana dengan Seyla?” tanyaku kembali sambil melirik wajah Seyla berharap
dia mau mengajak ke suatu tempat asalkan jangan bersama Jesse. Namun Dewi
Fortune tak berada dipihakku
“Maaf,
aku ada urusan” jawabnya segera ke arah perpustakaa meninggalkanku yang sedang
duduk seperti patung.
“Hey,
mau ke taman tidak?” Tanya Jesse lagi. Kali ini dengan terpaksa aku mengikuti
kemauannya. Jesse menarikku dengan lembut menuju taman. Ku lihat tatapan lagi.
Tatapan Exa yang melotot lebih kejam dari tadi. Aku takut segera kutundukkan
mukaku ke bawah.
*
Di
taman…
Sekolah
yang nyaman pikirku. Memang nyaman, sejuk dan menyenangkan apagi sekolah dengan
taman yang luas layaknya lapangan sepak bola itu. Aku duduk di sebelah utara
menghadap ke selatan. Dan kulihat Exa, Mili dan Aysya. Sepertinya Exa adalah
pemimpin genk yang gak jelas itu.
“Jess,
siapa mereka?” ucapku dengan mengangkat wajahku ke atas karena tingginya badan
Jesse.
“Oh,
dia adalah Exa, Mili dan Aysya.” Ucapnya dengan tenang
“Mengapa
mereka melihatku dengan tatapan itu?” tanyaku lagi karena sebenarnya aku risih
diperlihatkan seperti itu apalagi apa yang istimewanya denganku?
“Tenanglah
memang aura mereka seperti itu jangan dikhawatirkan!” lagi lagi Jesse menjawab
pertanyaanku dengan tenang.
*
2
bulan sudah aku bersama Jesse bukan sebagai pacar namun sebagai sahabat yang
mengerti perasaan masing – masing. Walaupun aku sudah tahu kalau Jesse
menyukaiku, begitu juga aku, namun aku harus menunggu agar Jesse menyartakan
perasaaannya terlebih dulu.
Hingga
akhirnya …
HPku
berbunyi tanda pesan masuk kulihat dan kubaca.
From
: Jesse – Honey
Ku
tunggu kau di bawah Menara Eiffel tapat pukul 08.00 malam.
Aku
tak suka jika disuruh menunggu lama – lama
Jadi
jangan kecewakanku dan jangan terlambat.
Aku membaca pesan dari
Jesse dengan berteriak. Dan aku sangat senang. Kulirik pada jam dinding ku
kulihat jam 07.30 malam.
“Astaga, aku harus
bersiap – siap!” omelku karena aku tak mau melewatkan moment terindahku di
bawah Menara Eiffel bersama Jesse.
*
Dibawah Menara Eiffel
kulihat laki – laki memakai jaket yang sangat bagus. Dia adalah Jesse.
“Hey!” teriakku pada
Jesse
“Hey, tak kusangkah
gadis secerewet kamu bisa disiplin!” ucapnya meledekku
“Enak aja! Aku memang
disiplin!” ucapku membesar – besarkan diriku. Walaupun sebenarnya aku memang
cerewet.
“Okey..okey gadis
disiplin kita ke atas yuk!” ucapnya dengan menarik tanganku. Aku sangat takut
dengan ketinggian sehingga ku tolak ajakannya.
“maaf Jess, aku takut
ketinggian!” ucapku
“Tak apa Lica, aku
disini tenang saja!” ucapnya. Rayuannya itu berhasil menaklukanku sehiingga aku
seperti tanpa sadar menyetujui ajakannya.
*
Di atas Menara Eiffel…
Baru kali ini aku
berani ke atas Menara Eiffel. Tentu saja dengan bantuan Jesse. Disana aku
melihat bintang – bintang dengan teropong. Entah kemana Jesse pergi namun aku
sedang asyik melihat bintang yang sangat cantik.
Ketika aku senang
melihatnya, di sana di lensa teropong ku lihat bintang yang sangat bersinar
seperti bintang itu sangat dekat. Setelah kuperbesar rupanyaa itu bukan bintang
melainkan berlian. Berlian? Bagaimana bisa ada berlian di lensa teropong?
Batinku. Ku menoleh ke belakang sudah ada Jesse dengan tangan membawa berlian
itu. Bukan berlian melainkn cincin berlian yang sangat indah.
“Jesse? Apa ini?”
tanyaku. Aku berusaha tidak tahu apa maksudnya. Namun sebenarnya aku tahu
maksud dari Jesse.
“Ini hadiah untuk
seseorang. Dan aku ingin kau memberikan pendapat tentang cincin ini” ucapnya.
Aku sempat kecewa dengan jawaban Jesse. Aku takut kalau bukan aku seseorang itu
melainkan orang lain yang dia cintai. Bukan aku yang dia cintai.
“Kalau begitu siapa
seseorang itu?” tanyaku dengan penasaran
“Dia adalah bintang
dihatiku. Dia adalah bintang yang sangat terang mengalahkan bintang kejora. Dia
yang berhasil membuatku jatuh cinta dan dia juga yang berhasil merebut hatiku!”
ucapnya dengan romantic. Entah sejak kapan Jesse menemukan kalimat itu. Aku
mengakuinya dia sangat jado masalah Rayuan bukan CINTA!
“Ayolah Jesse, siapa
seseorang itu!” ucapku dengan nada penasaran sangat penasaran sangat sangat
sangat.
“Dia adalah Andrea
Diana Licia” jawabnya dengan memalingkan wajah ke atas mengamati kumpulan
bintang – bintang yang sangat indah. Aku masih tak percaya apa yang sedang dia
katakana. Aku hanya terdiam ikut mamandangi bintang – bintang.
“Kau adalah orangnya
Lica!” ucap Jesse
“Kau tak bercanda bukan
Jesse?” tanyaku karena Jesse terkenal sangat playboy.
“Aapakah dari raut muka
aku sedang bercanda?” tanyanya meragukan wajahnya. Padahal dia sudah sangat
serius dan perlu mengumpulkan keberanian untuk menyatakan cintanya padaku.
“Tidak.” Jawabku aku
tak berani menatapnya. Sinar dari matanya yang akan membuatku seperti tersihir
ke dalam dunia cintanya.
“Maukah kau jadi
pacarku Andrea Diana Licia?” tanyanya sekali lagi. Kulihat wajahnya, wajahnya
terlihat berharap aku mau menjadi pacarnya. Dan aku menuruti kemauannya untuk
menjadi pacarnya. Aku dan Jesse jadian pada tanggal 1 Juni pukul 09.00 malam.
Saat itu aku masih di dalam kawasan Menara Eiffel namun bukan diatas melainkan
berada di taman. Setelah dari atas Menara Eiffel tersebut ketika aku dan Jesse
di taman, seakan dunia ini milik kita dan waktu akan berhenti. Kita akan
melewati masa – masa bersama – sama.
*
Keesokan harinya…
Ketika aku di sekolah..
Aku berjalan menyusuri
jalan yang lebar itu dan berhenti di depan kelas 12 MagicalIPA. Kelasku!
Kulihat disana sudah ada Exa, Mili, dan Aysya. Sama seperti 2 bulan yang lalu.
Raut muka mereka sangat tak menyenangkan. Namun ketika melihat ke belakang
muncul Jesse. Dia sangat tampan. Tak salah jika Jesse adalah primadona di
sekolah.
“Hey! Kenapa tak masuk”
tanyanya mendekatiku. Dia rupanya sudah tahu bwahwa kau hanya berdiri didepan
pintu kelas 5 menit yang lalu tanpa masuk ke dalam kelas.
“Tidak! Hanya
menunggumu” ucapku. Aku tak punya alasan lain. Bahkan untuk alasan tatapan Exa,
Mili, dan Aysya pun aku tak mampu. Takut jika Jesse, akan memarahiku. Marah
karena apa yang dia takuti? Selama dirinya (read : Jesse) berada disampingku.
Sejak dia mengatakan itu (read: 1 bulan yang lalu) aku serasa di dunia ini tak
ada hantu tak ada vampire dan semacamnya.
“Kalau begitu kita
masuk!” ucapnya. Melihat aku masuk ke kelas bersama Jesse. Exa, Mili, dan Aysya
keluar dari kelas. Aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Bahkan aku pun
sampai sekarang belum pernah bicara dengannya. Bicara saja tidak apalagi
berkenalan?.
*
3 bulan hubunganku
dengan Jesse sangat menyenangkan. Walaupun aku selalu dihina oleh Exa, Mili dan
Aysya. Dihina dihina dihina itulah sarapanku waktu di sekolah. Ceritanya begini
:
Sudah 3 bulan aku
sekolah di Global Sience School. Rupanya Exa, Mili dan Aysya selama 3 bulan itu
membuat rencana bagaimana aku bisa keluar dari sekolah ini.
Aku duduk di depan air
mancur. Aku duduk bersama Seyla. Teman akrab yang sering kuajak dia curhat.
Curhat tentang Jesse, tentang keluargaku, tentang Mila, Exa, dan Aysya, bahkan
tentang temanku di Twitter. Selama aku sekolah di GSS banyak followers yang
masuk terutama Jesse. Dia telah menfollow twitterku saat pertama dia
menabrakku. Begitu juga Exa, Mili dan Aysya aku yang memfollownya. Mana mungkin
mereka menfollowku?,
Saat kami bercanda
tawa, Exa, Mili dan Aysya menghampiriku dengan Seyla. Kupikir awalnya mereka
baik – baik namun lama – kelamaan dia menyiramku dengan air di air mancur.
Kejadian yang tak kuduga. Mungkin mereka sengaja atau mungkin tidak. Yang pasti
aku tahu mereka sangat tidak suka akan kehadiranku.
“Apaan kalian?” ucap
Seyla. Aku masih sibuk untuk menenangkan perasaan hatiku, karena aku sangat
sangat shock.
“Apa? Gak terima? Aku
minta kau Andrea Diana Licia jauhi Jesse. Sekarang juga!” ucap Exa sangat kejam
aku tak tahu kalau mereka sangat tidak suka akan kehadiranku dalam dunia Jesse.
“Jauhi? Bukankah kalian
yang seharusnya menjauhi Jesse.” Ucapku
“Kenapa kita? Kau yang
datang pada kita untuk menghina dirimu sendiri!” ucap Mili. Rupanya dia sangat
kejam daripada Exa, walaupun nampaknya dia sangat polos.
Aku tak menghiraukan
ucapan mereka. Aku tak tahu apa yang mereka maksud! Aku tahu kalau Jesse adalah
primadona sekolah, siapaun akan cemburu jika ada yang pacaran dengannya. Tapi
apa boleh buat perasaan tak dapat dielakkan.
*
Saat pulang …
“Lica, mau pulang
denganku?” ucap Jesse dengan mengendarai mobil Sport merahnya yang sangat keren
itu.
“Okey!” ucapku. Aku
tahu ini adalah kesempatan untukku menanyakan ada hubungan apa Jesse dengan
Mili, Exa, dan Aysya.
“Jess, apa hubunganmu
dengan Exa, Mili dan Aysya?” tanyaku saat di mobil yang atapnya terbuka itu.
“Kenapa kau tanyakan
itu? Bukankah aku pacarmu?” tanyanya kembali padaku. Aku dibuat kesal oleh
ucapannya itu
“Kau seharusnya jawab
bukan bertanya kembali!” ucapku dengan kecewa
“Okeoke maaf. Maaf.
Bukankah kau tahu bahwa aku dan mereka berteman? Teman satu kelas lagi!”
ucapnya. Aku melihat wajahnya. Wajah yang menyimpan rahasia yang sangat besar.
Aku hanya terdiam
mengamati jalan di depan.
*
8 bulan hubunganku
dengan Jesse terus membaik. Walaupun terkadang Exa, Mili dan Aysya masih
menghina dan membullyku aku akan tegar. Aku selama 8 bulan ini tak menanyakan lagi
hubungan antara Jesse dengan Exa, Mili dan Aysya.
Namun waktu aku sedang
ekstrakulikuler dance dan kebetulan aku dengan Exa, Mili dan Aysya adalah satu
teman kelas dan teman ekstrakulikuler. Aku sangat senang dengan dance. Dance
yang membuatku menjadi sekarang ini. Kedisiplinan tinggi dan semangat yang
kudapat dari Jesse. Jesse memilih ekstrakulikuler yang harinya sama denganku.
Aku yang menginginkannya untuk itu. Dan dia hanya menurut itulah yang aku suka
dari Jesse, menurut.
“Aku mau ke lapangan
basket dulu. Awas hati – hati saat dance” ucap Jesse. Dia memilih
ekstrakulikuler basket yang berhari Rabu sama dengan dance hari Rabu. Dia
sangat perhatian padaku.
“Bawel. Cepetan sonoh!”
ucapku menggunakan bahasa yang baku bercampur tidak baku. Baku kugunakan saat
sekolah dan tidak baku kugunakan saat ekstrakulikuler seperti ini. Memang itu
aturannya di GSS.
*
Ekstra basket dan dance
dimulai bersamaan.
Dance kali ini menjadi
pemandu sorak sekaligus cheerleaders untuk pertandingan basket 2 bulan
kemudian. Jadi aku dan Jesse satu member semangat satu sama lain. Kulihat Exa
dia sepertinya ingin mengungkapkan padaku.
“Heh, kau. Dian atau
Lica terserah lah itu. Aku mau bilang sesuatu!” ucap Exa. Sengaja tidak memakai
kata Gue dan loe karena di GSS dilarang menggunakan kata seperti itu jadi harus
Aku kamu, maka tak heran siswa lulusan GSS sangat sopan dan ramah kecuali
mungkin Exa, Mili dan Aysya ini.
“Apa yang akan kau
katakana. Jika itu tidak penting, aku ada urusan lain yang sangat penting.”
Ucapku kepada Exa.
“Ini sangat penting.
Ini adalah antara Aku, Mili, dan Aysya dengan kau dan Jesse”ucapnya dengan nada
kecil. Mungkin agar Jesse tidak mendengarnya.
“Aku dan Jesse dengan
kalian? Ada apa itu?” ucapku dengan berterik.
Jesse tentu saja
mendengar ucapanku yang keras itu. Dan dia langsung mendekatiku.
“Ada apa Lica” ucapnya.
Dari nadanya dia sangat gelisah dan takut. Aku bertambah yakin kalau ada
sesuatu yang memang Jesse sembunyikan dariku.
“Tidak.. ini katanya
Exa, ada sesuatu yang diomomgin, dan kebetulan ada kamu. Dan katanya ini
menyangkut aku dan kamu. Apa ini Jesse? Apa kau tahu?” ucapku dengan nada tanda
Tanya besar.
“Oh tidak ada apa – apa
Dian!” ucap Exa. Tiba – tiba raut mukanya menjadi takut. Apa masalahnya Exa
dengan Jesse?.
Exa lalu pergi ke ruang
ganti cewek. Karena ekstra basket dan dance dibubarkan secara bersamaan. Aku
pun pulang bersama Jesse.
*
Di rumah …
Ketika perjalanan
pulang aku dan Jesse hanya terdiam. Aku tak tahu ada apa dengan Jesse, dan yang
pasti itu adalah misteri hubunganku dengan Jesse. Jika tidak segera dipecahkan
akan membawa masalah.
Di dalam kamarku aku
masih termenung. Tentu saja memikirkan Jesse dan Exa. Untuk mengurangi beban
pikiranku, aku putuskan untuk update di twitter. Aku rutin membuka twitter,
walaupun kadang hanya 1 hari sekali. Aku juga punya akun BBM (invite 7D56M88L)
nickname ku Andrea Diana Jesse. Aku sengaja memakai nama Jesse. Itupun sebagai
kenangan karena aku tak menemukan Jesse lagi. Mungkin untuk selamanya. Akun
BBMkupun di DC oleh Jesse. Aku tak tahu yang salah aku atau Jesse. Itu masih
didalam oikiranku dan menjadi teka- teki hidup. Semakin ku ingin hilangkan
semakin teringat semua kenangan indah itu.
Aku akhirnya membuka
twitter dan membuka mention yang masuk. Astaga semua berasal dari teman
sekelasku apalagi kebanyakan dari Exa. Aku memang 2 bulan ini tidak membuka
twitter. Walaupun aku tulis membuka rutin twitter.
@Exa_Caessa sorry, Din.
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Kamu kupikir inilah jalan keluarnya
@AndreDianaJesse
@Exa_Caessa ini bukan
salahku Din @AndreaDianaJesse
@JesseLica ini semua
bukan kemauanku @AndreaDianaJesse
@Exa_Caessa apakah ini
semua salahku? @JesseLica @AndreaDianaJesse
@SeylaAmanda mungkin
bukan maksud kalian berbuat begitu @Exa_Caessa @JesseLica @AndreaDianaJesse
@MiliAnandita12 kenapa
@Exa_Caessa ?
@AysyaLucky semoga
kalian bahagia @Exa_Caessa @JesseLica @AndreaDianaJesse
Semua mention itu masuk
1 bulan yang lalu. Apa sebenarnya yang terjadi.
@AndreaDianaJesse
Apa yang terjadi?
Tolong beritahu aku @SeylaAmanda @JesseLica @Exa_Caessa @MiliAnandita12
@AysyaLucky
Aku mencoba untuk
menghubungi semua temanku itu namun tak ada satupun yang mengangkat.
*
Setelah kejadian itu 1
bulan aku tidak bertemu dengan Jesse dan Exa. Di sekolahpun aku hanya bertemu
dengan Mili, Aysya dan Seyla. Tapi tidak bertemu dengan Jesse dan Exa. Apa yang
terjadi. Saat itulah aku menjadi gadis pendiam. Pendiam karena terlalu
memikirkan apa yang terjadi.
*
9 Bulan aku pacaran
dengan Jesse. 2 Bulan Jesse dan Exa aku tak bertemu dengan mereka lagi. Aku
masih berstatus sebagai pacar Jesse. Karena aku ataupun Jesse belum pernah
mengatakan putus alhasil 2 bulan aku hubungan tanpa status dengan Jesse.
Handphone ku berbunyi
menandakan ada pesan masuk. Kuberharap pesan tersebut berasal dari Jesse
ataupun Exa. Aku sangat rindu dengan Exa apalagi Jesse. Aku rindu tatapan mata
Exa, dan aku rindu perhatian dan kekhawatiran Jesse padaku. Entah mengapa aku
menjadi gadis paling mempunyai beban pikiran layaknya Presiden memikirkan
Negara?
Aku membuka pesan
tersebut. Tuhan mengabulkan do’aku. Pesan tersebut berasal dari Jesse.
From
: Jesse Loving
Hey,
Lica. Apa kabar? Maaf ya aku tak bisa bertemu denganmu selama 2 bulan ini. Dan
sekarang aku ingin bertemu denganmu. Temui aku di atas Menara Eiffel tempat
dimana kita dulu jadian. Kita masih pacaran bukan? Tolong temui aku. Sekarang
juga!
Dengan segera ku
berlari menuju Menara Eiffel.
*
Di atas Menara Eiffel
kulihat Jesse. Aku sangat rindu padanya.
Aku ingat ini adalah
tanggal 1 Juni ini tanggal aku jadian dengan Jesse. Ini adalah Annive11years.
“Jess, tolong jelaskan
padaku tentang mention Exa, Mili, Aysya dan Seyla. Tolong Jess!” ucapku dengan
menangis. Menangis karena haru bisa bertemu dengan Jesse lagi. Ah, Menara
Eiffel kau sangat baik padaku.
“Okey, Lica. Aku dan
Exa sudah bertunangan 1 tahun yang lalu. Tepatnya 1 bulan setelah kamu sekolah
GSS.” Ucap Jesse.
“Lalu kenapa kau ingin
aku jadi pacarmu? Tahu kah kau aku sangat menderita dengan Exa. Lalu kemana
saja kau 2 bulan ini? Aku tak tahu jalan pikirmu Jess. Aku sekarang tahu makna
dari tatapan Exa padaku. Dan aku tahu Exa begitu karena dia tahu aku akan
sangat menderita jika tahu kau dengannya sudah bertunangan. Lalu sekarang aku
kecewa padamu. Seharusnya kau jujur saja kalau kau sudah bertunangan. Maka aku
tidak sakit hati seperti ini. Begitu juga dengan Exa dia tidak akan sakit
hati!” ucapku dengan airmata menetes deras.
“Dengar Lica. Aku sudah
tidak bertunangan lagi dengan Exa. Aku sekarang bebas berpacaran dengan siapa
saja. Sebenarnya aku dan Exa dipaksa tunangan dengan Exa. Maka aku hars
menurutinya. Masalah 2 bulan aku tidak muncul dengan Exa itu menyelesaikan
jalan keluar untuk aku dan kamu Lica.” Ucap Jesse
“Untuk aku dan kamu?
Bukankah Aysya memention kau dan aku? Semoga kalian berbahagia! Itu berarti
kalian sudah menikah. Baiklah lupakanlah aku Jesse.” Ucapku dengan melangkahkan
kaki menuju rumah dan meninggalkan Jesse begitu saja. Aku tak tahu jalan piker
Jesse dengan Exa. Bagaimana bisa mereka mau menikah pada umur 16 tahun. Aku
sangat tidak tahu apa yang mereka pikirkan.
*
1 tahun berlalu
sekarang aku tidak memikirkan siapa – siapa. Tidak ada Jesse tidak ada Exa.
Kalian adalah beban pikiranku sebenarnya. Sampai sekarang ini. Yang pasti
kusudah coba melupakan kalian. 11 bulan merupakan bulan yang menyenangkan juga
bulan penuh kedramatisan. SEMOGA KALIAN BAHAGIA.
@AndreaDianaJesse =
kuubah nicknameku menjadi @Lica_Andrea.
Begitu juga di BBM
kuubah dengan Andrea Lica.
Aku ingin melupakan
semua kenangan itu. Kupikir Jesse dan Exa lebih mudah melupakanku daripada aku
melupakannya. Namun itulah hidup ini seperti roda kadang dibawah dan kadang
diatas. Dibawah kita akan sengsara penuh dengan kepedihan dan kesengsaraan, dan
diatas itulah kita akan merasakan hidup yang menyenangkan. 1 tahun ini hidupku
berada di bawah. Namun aku akan berusaha kembali ke atas.
Pada tanggal 1 Juni aku
akan mengunjungi Menara Eiffelku. Siapa tahu Menara Eiffel itu akan membawa
cinta kepadaku lagi. Bukan cinta Jesse, melainkan cinta siapapun itu.
Bersambung .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar